"Gimana
kabar mamamu pagi ini, Zen?" Tanyaku selalu setiap Zen datang dari pusat
informasi asrama.
"Mama
masih dengan cintanya yang deras mengaliri pembuluh darahku. Masih dengan
citanya yang membangun puzzle impianku. Masih dengan doanya yang melengkapi
jalan dan jenak hidupku." Jawab Zen selalu membangkitkan kerinduanku
kepada Emakku. Memberiku pelajaran penting bahwa seorang Ibu adalah salah satu
energi pembangkit yang harus selalu diperbaharui dengan selalu menyapanya,
untuk menyerap cinta, cita dan doanya.
Aku
mengenal Zen tiga bulan yang lalu. Dia pindahan dari Sekolah Indonesia Makkah.
Dia tidak pernah absen setiap pagi setelah menyelesaikan aktivitas paginya,
sebelum memulai aktivitas belajarnya, ia selalu sempatkan untuk bercengkrama
dengan mamanya di Makkah. Dengan memakai skype dia menyapa mama dan keluarganya
di Makkah.
"Kabar
emakmu gimana, Didi?" Zen balik bertanya.
"Emakku
insyaAllah akan selalu baik-baik saja, Zen." Jawabku, karena frekuensi
komunikasiku dengan emak jauh lebih sedikit dan tidak sesering Zen. Padahal
dari segi jarak aku lebih dekat dengan emak. Asramaku dan rumahku hanya berbeda
kabupaten. Asramaku di Bogor rumahku di Jakarta. Berbeda dengan Zen yang mama
dan seluruh keluarganya di Makkah.
"Emakku
selalu ada dalam doaku, Zen." Sesekali begitu aku menjawab pertanyaan Zen.
Disamping memang aku tidak akrab dengan emakku, hingga kemudian aku bisa
menyapanya hanya sepekan sekali. Tidak jarang aku menunggu emak yang menelponku.
Pembicaraanku dengan emak datar-datar saja, seputar menanyakan kabarnya,
meminta nasehat, maaf dan doanya. Itu saja, tidak seakrab Zen dengan mamanya. Itu
saja sudah lebih dari cukup bagiku. Cukup memberiku penyegaran. Cukup
membangkitkan macan tidur di dalam diriku.
"Khair, insyaAllah, Didi. Alhamdulillah atas anugerah mama. Allah
jualah yang menitipkan rasa rindu. Rasa itu tidak akan pernah terbeli. Kita
harus bersyukur masih menyadari arti kehadirannya. Tidak menjadi keharusan yang
mutlak kita menyapa mama kita secara langsung. Menyertakannya selalu ada dalam
doa-doa kita, juga sebagai penyambung rindu kita kepada ibu kita. Juga akan
melahirkan energi yang melimpahi aktivitas kita." Salah satu pencerahan
yang Zen bagi, tentang arti ibu dan rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar