Dari beliau kecil membersamai dakwah Rasulullah Saw. Rasulullah
meninggal beliau masih remaja. Beliau merupakan kerabat Nabi Muhammad Saw.
Perhatiannya yang besar terhadap ilmu. dimulai sejak usianya belia.
Selalu berada pada barisan paling depan setiap menghadiri majelis ilmu bersama
Rasulullah Saw. Mendengar dengan kedua telinganya, berfikir dengan akalnya, dan
menghafal dengan ingatannya yang kuat.
Sejak awal Rasulullah Saw menemukan pada dirinya benih yang baik dalam
belajar. Maka dari itu Rasulullah Saw selalu merangkul bahunya untuk membimbing
dan mengajarkan Islam. Hingga Rasulullah mengangkat tangannya, mendoakan
beliau: "Allahumma faqqihhu fi addin, wa 'allimhu at ta'wil. Ya Allah
Jadikanlah ia seorang yang paham dalam agamanya, dan ajarkanlah kepadanya
menafsirkan!"
Betapa seringnya Rasulullah Saw mengangkat tangannya. Mendoakan sahabat ini dengan doa tersebut di
atas.
Sahabat kecil ini merasa bahwa ia diciptakan untuk berilmu. Oleh
karenanya selalu belajar. Khususnya setelah Rasulullah Saw meninggal. Beliau
selalu pergi kepada Sahabat-sahabat Nabi Saw, menanyakan mereka, merekam setiap
jawaban yang didapatkannya dari mereka, dalam memorinya. Terkadang satu
pertanyaan ditanyakannya kepada lebih 50 orang sahabat Ra. Jawaban-jawaban
tersebut kemudian dikumpulkannya untuk diuji kebenarannya, hingga kemudian
didapatkannya kesimpulan akhir dan lahir sebagai pemikirannya.
Beliau tidak pernah absen dalam majelis ilmu. Untuk menyerap ilmu yang
banyak terlewatkan dari Rasulullah Saw.
Suatu hari beliau duduk menunggu Zaid bin Tsabit Ra, salah seorang
penulis wahyu, juga salah seorang yang hafal Al Quran beserta penjelasannya.
Beliau menunggunya dalam waktu yang tidak sedikit. walau cuaca pada saat itu
berada pada puncak musim dingin dengan angin kencang yang menyertai.
Ketika sang sahabat belia ini melihat Zaid bin Tsabit keluar. Dengan
sigap berdiri dan bersegera menujunya untuk membantu Zaid bin Tsabit menaiki
kudanya.
"Mengapa anda melakukan
ini?" Tanya Zaid bin Tsabit merasa malu dan tidak nyaman diperlakukan
seperti itu.
"Bukankah begitu
Rasulullah Saw mengajarkan kita bagaimana berinteraksi dengan para ulama
kami" Jawab Sahabat belia ini dengan bibir yang berbinar senyum.
"Mengapa anda menunggu
saya begini? Mengapa tidak mengetuk pintu rumah saya? di luar sangat dingin dan
angin sangat kencang" Tanya Zaid bin Tsabit lagi menyayangkan.
"Saya ingin menanyakan
dalam sebuah perkara, dan saya tidak ingin mengganggumu. Maka dari itu saya
menunggumu hingga anda keluar dari rumahmu. Inilah Anda sudah keluar bi
hamdillah wa karamihi" Jawab sahabat belia ini.
Demikianlah sahabat belia ini menyerap ilmu. Membersamai Nabi Saw saat
usianya 13 tahun. Menyerap ilmu darinya. Kemudian menyerap ilmu yang
terlewatkan dari sahabat-sahabat Nabi Saw. Sahabat belia ini kemudian tumbuh
menjadi orang yang paling paham dan orang yang berilmu. Doa Rasulullah Saw
untuk menjadikan Sahabat belia ini orang yang paham terhadap agama, Allah
kabulkan.
Hingga kemudian sahabat belia ini duduk bersama para masyayikh, menjadi
mufti. Menjawab persoalan-persoalan umat dengan ilmunya. Dengan khazanah
keilmuannya yang beragam. Hingga nyaris tidak ada pertanyaan yang tidak bisa beliau
jawab. Tidak ada persoalan yang kemudian tidak ditemukan solusinya.
Hampir dari segenap penjuru bumi ini dating. Untuk menanyakan kepadanya perkara-perkara
agama. Beliau menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban yang sederhana hingga
jawaban yang mencengangkan. Tidak jarang juga ditanyakan kepadanya persoalan
dunia. Beliau menjawab persoalan mereka dengan jawaban yang mencerminkan keluasannya
dalam belajar dan banyaknya khazanah keilmuan yang dimilikinya.
Tidak berlebihan jika kemudian beliau digelari dengan "Hibrul
Ummah. Tinta Ummat". Sahabat ini adalah Abdullah bin Abbas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar