Kamis, 20 Desember 2012

Tinta Umat


Dari beliau kecil membersamai dakwah Rasulullah Saw. Rasulullah meninggal beliau masih remaja. Beliau merupakan kerabat Nabi Muhammad Saw.

Perhatiannya yang besar terhadap ilmu. dimulai sejak usianya belia. Selalu berada pada barisan paling depan setiap menghadiri majelis ilmu bersama Rasulullah Saw. Mendengar dengan kedua telinganya, berfikir dengan akalnya, dan menghafal dengan ingatannya yang kuat.

Sejak awal Rasulullah Saw menemukan pada dirinya benih yang baik dalam belajar. Maka dari itu Rasulullah Saw selalu merangkul bahunya untuk membimbing dan mengajarkan Islam. Hingga Rasulullah mengangkat tangannya, mendoakan beliau: "Allahumma faqqihhu fi addin, wa 'allimhu at ta'wil. Ya Allah Jadikanlah ia seorang yang paham dalam agamanya, dan ajarkanlah kepadanya menafsirkan!"

Betapa seringnya Rasulullah Saw mengangkat tangannya.  Mendoakan sahabat ini dengan doa tersebut di atas.

Sahabat kecil ini merasa bahwa ia diciptakan untuk berilmu. Oleh karenanya selalu belajar. Khususnya setelah Rasulullah Saw meninggal. Beliau selalu pergi kepada Sahabat-sahabat Nabi Saw, menanyakan mereka, merekam setiap jawaban yang didapatkannya dari mereka, dalam memorinya. Terkadang satu pertanyaan ditanyakannya kepada lebih 50 orang sahabat Ra. Jawaban-jawaban tersebut kemudian dikumpulkannya untuk diuji kebenarannya, hingga kemudian didapatkannya kesimpulan akhir dan lahir sebagai pemikirannya.

Beliau tidak pernah absen dalam majelis ilmu. Untuk menyerap ilmu yang banyak terlewatkan dari Rasulullah Saw.

Suatu hari beliau duduk menunggu Zaid bin Tsabit Ra, salah seorang penulis wahyu, juga salah seorang yang hafal Al Quran beserta penjelasannya. Beliau menunggunya dalam waktu yang tidak sedikit. walau cuaca pada saat itu berada pada puncak musim dingin dengan angin kencang yang menyertai.

Ketika sang sahabat belia ini melihat Zaid bin Tsabit keluar. Dengan sigap berdiri dan bersegera menujunya untuk membantu Zaid bin Tsabit menaiki kudanya.

"Mengapa anda melakukan ini?" Tanya Zaid bin Tsabit merasa malu dan tidak nyaman diperlakukan seperti itu.

"Bukankah begitu Rasulullah Saw mengajarkan kita bagaimana berinteraksi dengan para ulama kami" Jawab Sahabat belia ini dengan bibir yang berbinar senyum.

"Mengapa anda menunggu saya begini? Mengapa tidak mengetuk pintu rumah saya? di luar sangat dingin dan angin sangat kencang" Tanya Zaid bin Tsabit lagi menyayangkan.

"Saya ingin menanyakan dalam sebuah perkara, dan saya tidak ingin mengganggumu. Maka dari itu saya menunggumu hingga anda keluar dari rumahmu. Inilah Anda sudah keluar bi hamdillah wa karamihi" Jawab sahabat belia ini.

Demikianlah sahabat belia ini menyerap ilmu. Membersamai Nabi Saw saat usianya 13 tahun. Menyerap ilmu darinya. Kemudian menyerap ilmu yang terlewatkan dari sahabat-sahabat Nabi Saw. Sahabat belia ini kemudian tumbuh menjadi orang yang paling paham dan orang yang berilmu. Doa Rasulullah Saw untuk menjadikan Sahabat belia ini orang yang paham terhadap agama, Allah kabulkan.

Hingga kemudian sahabat belia ini duduk bersama para masyayikh, menjadi mufti. Menjawab persoalan-persoalan umat dengan ilmunya. Dengan khazanah keilmuannya yang beragam. Hingga nyaris tidak ada pertanyaan yang tidak bisa beliau jawab. Tidak ada persoalan yang kemudian tidak ditemukan solusinya.

Hampir dari segenap penjuru bumi ini dating. Untuk menanyakan kepadanya perkara-perkara agama. Beliau menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban yang sederhana hingga jawaban yang mencengangkan. Tidak jarang juga ditanyakan kepadanya persoalan dunia. Beliau menjawab persoalan mereka dengan jawaban yang mencerminkan keluasannya dalam belajar dan banyaknya khazanah keilmuan yang dimilikinya.

Tidak berlebihan jika kemudian beliau digelari dengan "Hibrul Ummah. Tinta Ummat". Sahabat ini adalah Abdullah bin Abbas.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar