Talak tiga adalah keinginannya kini. Sudah sejauh itukah kebenciannya terhadap suaminya. Enam tahun dilaluinya bersama, apakah akan diakhiri hanya karena hal sepele. Beberapa kejanggalan yang membuat saya tidak habis pikir.
“Kamu tidak tahu bagaimana kehidupan berkeluarga, makanya hanya bisa bilang bersabar, bersabar dan bersabarlah. Sampai kapan aku harus bersabar? Sabar itu ada batasnya!!!” Jawabnya ketika kata ‘sabar’ yang saya sodorkan sebagai solusi dari permasalahan jenaknya.
Setiap mendapatkan jawaban seperti itu saya selalu mengatakan: “Ya sudah, kalau gitu jangan tanya saya, saya bukan sohibul khibrah. Berkonsultasilah kepada Syeikh A!” Jawab saya selalu.
“Daiman wa Abadan qulty hakadza. Begitu selalu dan akan selamanya begitu kamu bilang!” Ketusnya tidak puas.
Walau tanggapannya demikian, dia mengamini untuk berkonsultasi kepada seorang Syeikh melalui telpon. Menyatakan keinginanannya beserta alasan dibalik keinginan anehnya. Sang Syeikh bilang “Bersabarlah, jika suamimu itu masih shalat. Tiada alasan untuk tidak sabar selama suamimu masih melaksanakan shalat!” Nasehat singkat sang Syeikh yang rupanya menenangkan dirinya. Serta terlihat mulai meninjau kembali keinginannya.
Nasehat ustadz itu mengingatkan saya pada firman Allah di surat Al Baqarah ayat 45. “Dan minta pertologanlah kalian dengan bersabar dan shalat….” Sabar dan shalat yang berkolerasi sempurna sebagai terapi bagi persoalan yang menyapa kehidupan kita. Tidak heran jika kemudian teman saya itu kembali tersenyum setiap mendapat sms dari suaminya. Harapan untuk bersama kembali terbentang. Begitulah rupanya sabar dan shalat menyelesaikan masalahnya.
“Kamu tidak tahu bagaimana kehidupan berkeluarga, makanya hanya bisa bilang bersabar, bersabar dan bersabarlah. Sampai kapan aku harus bersabar? Sabar itu ada batasnya!!!” Jawabnya ketika kata ‘sabar’ yang saya sodorkan sebagai solusi dari permasalahan jenaknya.
Setiap mendapatkan jawaban seperti itu saya selalu mengatakan: “Ya sudah, kalau gitu jangan tanya saya, saya bukan sohibul khibrah. Berkonsultasilah kepada Syeikh A!” Jawab saya selalu.
“Daiman wa Abadan qulty hakadza. Begitu selalu dan akan selamanya begitu kamu bilang!” Ketusnya tidak puas.
Walau tanggapannya demikian, dia mengamini untuk berkonsultasi kepada seorang Syeikh melalui telpon. Menyatakan keinginanannya beserta alasan dibalik keinginan anehnya. Sang Syeikh bilang “Bersabarlah, jika suamimu itu masih shalat. Tiada alasan untuk tidak sabar selama suamimu masih melaksanakan shalat!” Nasehat singkat sang Syeikh yang rupanya menenangkan dirinya. Serta terlihat mulai meninjau kembali keinginannya.
Nasehat ustadz itu mengingatkan saya pada firman Allah di surat Al Baqarah ayat 45. “Dan minta pertologanlah kalian dengan bersabar dan shalat….” Sabar dan shalat yang berkolerasi sempurna sebagai terapi bagi persoalan yang menyapa kehidupan kita. Tidak heran jika kemudian teman saya itu kembali tersenyum setiap mendapat sms dari suaminya. Harapan untuk bersama kembali terbentang. Begitulah rupanya sabar dan shalat menyelesaikan masalahnya.
subhanallah
BalasHapus