Pagi
selalu menyediakan nuansa yang tiada dapat diredaksikan dengan kata-kata.
Selalu saja ada ruang sempit dalam diri yang kemudian berubah lapang. Ada keruh
yang menjelma jernih. Ada resah yang berganti bahagia.
Setiap
pagi, tiga puluh menit sebelum belajar, tempat kami belajar menyediakan pilihan
majelis ilmu yang bebas kami pilih dan ikuti, dengan ustadzah dan bahasan
berbeda pada setiap majelis ilmu yang disediakan.
Setiap
senin pagi saya memilih hadir di majelis ilmunya ustadzah Fattuhah el
Indonesia. Beliau salah satu ustadzah Umm Al Qura University keturunan
Indonesia. Ustadzah di jurusan Dakwah ini, memberi kami pencerahan tentang Asmaul
husna. Pagi itu beliau sedang membahas tentang Ar Rahman dan Ar Raheem.
"Salah
satu dari Ar Rahman dan Ar Raheemnya Allah adalah taqdir Allah bagi
seorang muslim di negeri minoritas muslim. Allah beri mereka keteguhan dan
kegigihan untuk memegang erat aqidahnya di tengah masyarakat yang
mengingkariNya." Salah satu uraiannya pagi itu.
"Sebut
saja, Fatih Seferagic. Seorang pemuda yang berkebangsaan Bosnia. Allah tetapkan
ia hidup dan tumbuh di Amerika. Sebuah negeri yang kita pahami bersama sebagai
negeri kuffar. Fatih di lahirkan di Jerman, pada usianya yang ke empat orang tuanya
membawanya hijrah ke Amerika. Di Baltimore dia tinggal dan menyelesaikan hafalannya
pada usianya yang ke dua belas tahun. Saat ini sambil belajar di Bayyinah's
Dream program, ia juga menjadi pengajar Al Quran dan ketua remaja masjid Syaikh
Yasir Birjas di Dallas, Texas." Tambah Ustadzah Fattuhah, menjelaskan
kisah singkat seorang Fatih.
"Atas
Rahman & Raheem Allah jualah, seorang Fatih mendapatkan taufiqNya.
Hingga Al Quran menjadi teman hidupnya. Karena Taufiq Allah ini bukan rumah
yang ditempatinya, bukan juga seseorang yang menjadi temannya, bukan pula
pakaian yang diingininya. Tapi Taufiq adalah pemberian yang Allah
idzinkan kepada hambaNya untuk menjadi bagian penting dalam sepanjang hidupnya.
Layaknya tumbuhan yang selalu butuh guyuran air sebagai nutrisi terpentingnya.
Maka, menghujaninya dengan shalat dan doa, berprasangka baik terhadap Allah dan
manusia adalah jalan penting mempertahankan taufiq yang telah Allah
anugerahkan. Keberadaan taufiq dalam kehidupan seorang Fatih yang
menjadikan Al Quran sebagai bagian dari hidupnya adalah bukti Rahman dan
Raheem Allah selalu melingkupi kehidupannya." Analisa ustadzah yang
selalu berbinar dengan ulas senyum tulusnya.
"Kita pun harus yakin bahwa masalah adalah masalah 'taufiq'. Kita lihat pada 'dzikir' yang merupakan paling mudahnya ketaatan yang bisa dilakukan, tapi tidak semua orang dapat melakukannya secara terus menerus, kecuali taufiq Allah yang tercurah kepadanya." Begitulah Ustadzah mengakhiri majelis ilmunya, di pagi hari itu.
"Kita pun harus yakin bahwa masalah adalah masalah 'taufiq'. Kita lihat pada 'dzikir' yang merupakan paling mudahnya ketaatan yang bisa dilakukan, tapi tidak semua orang dapat melakukannya secara terus menerus, kecuali taufiq Allah yang tercurah kepadanya." Begitulah Ustadzah mengakhiri majelis ilmunya, di pagi hari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar