Pagi ini cukup cerah, tapi tidak cukup mencerahkan jenakku. Dengan malas dan mata yang berat, aku memaksa diriku melebur dengan gemuruh semangat yang terdengar dari derap sepatu yang saling berkejaran, yang terlihat juga pada setiap detail bentuk yang saling menunjukkan kebanggaan.
Kepala seakan mulai memberat, dan mulai meradang meminta jeda untuk dapat menampung serpihan yang mengganggu sekian proses metabolisme sel.
Kalau sudah begini tidak ada pilihan lain untuk meregangkan semua, agar menjadi kembali tenang dan nyaman, selain memastikan ruang dan waktu kembali sepi.
Akhirnya ujung yang sepi adalah jenak terbaikku. Di sini aku yakin bisa menggelar pilah dan memutuskan pilih, insha Allah..