Kebiasaan Ummu Sulaim adalah membuat makanan khusus untuk Rasulullah Saw. Tidak terkecuali Pada hari pernikahan Rasulullah dengan Zainab binti Jahzy.
Ummu Sulaim meminta Anas Ra putranya untuk mengantarkannya kepada Rasulullah Saw. Sesampai Anas dengan makanan tersebut, Rasulullah memerintahkan Anas untuk mengundang beberapa nama sahabat dan siapapun yang ditemui Anas dalam perjalanan. Anas mendapati 300 orang sahabat Ra. yang menyambut undangan Rasulullah untuk datang ke rumah beliau. Memakan satu talam makanan tersebut.
Sungguh makanan yang sangat diberkahi. Rasulullah memerintahkan Anas untuk membagi bergantian setiap 10 orang melingkari talam tersebut. Mengingat makanan dan rumah Rasulullah tidak memungkinkan menampung 300 orang sahabat Ra. Secara bersama-sama. Pada setiap lingkaran tersebut Rasulullah menyambut sahabat-sahabatnya. Mempersilakan untuk menikmati makanan tersebut sambil sesekali berbincang dan menyapa mereka.
Menemui dan melayani tamu sebanyak itu dan dengan kondisi Rasulullah yang baru menikah. Sungguh sangat lelah. Mungkin kalau orang lain akan izin untuk tidak menemui para tetamunya. Tapi hal ini tidak berlaku pada Rasulullah.
Begitulah Rasulullah. Walau lelah, tiada satupun kata keluh yang terucap dari lisannya. Setelah 300 orang sahabat itu selesai memakan satu talam makanan dari Ummu Sulaim. Rasulullah merebahkan tubuhnya, pada saat yang bersamaan ayat 53-54 dari surat Al Ahzab turun. Sebagaimana pada salah satu sabda Rasulullah, kondisi paling berat yang dirasakan tubuh Rasulullah Saw. adalah pada saat wahyu turun. Disebutkan walau pada malam hari di musim dingin, keringat membasahi sebagian tubuh Rasulullah. Sebuah kondisi yang cukup memeras kerja tubuh beliau.
Begitulah Rasulullah. Walau belum sempurna istirahat dari lelah menemui dan melayani 300 tamunya, ditambah lelah tubuhnya tidak lama setelah menerima wahyu dari Jibril As. Rasulullah bangkit dan menuntun Anas Ra untuk membaca, menghafal dan mengamalkan ayat tersebut. Seberapapun besar lelah yang dirasakan Rasulullah tidak menghalanginya untuk terus menjadikan setiap jenaknya adalah pengabdian yang terus menerus.
~Sebagaimana diceritakan DR. Nur Qarut dalam Halaqah Pagi di hari Rabu~
Ummu Sulaim meminta Anas Ra putranya untuk mengantarkannya kepada Rasulullah Saw. Sesampai Anas dengan makanan tersebut, Rasulullah memerintahkan Anas untuk mengundang beberapa nama sahabat dan siapapun yang ditemui Anas dalam perjalanan. Anas mendapati 300 orang sahabat Ra. yang menyambut undangan Rasulullah untuk datang ke rumah beliau. Memakan satu talam makanan tersebut.
Sungguh makanan yang sangat diberkahi. Rasulullah memerintahkan Anas untuk membagi bergantian setiap 10 orang melingkari talam tersebut. Mengingat makanan dan rumah Rasulullah tidak memungkinkan menampung 300 orang sahabat Ra. Secara bersama-sama. Pada setiap lingkaran tersebut Rasulullah menyambut sahabat-sahabatnya. Mempersilakan untuk menikmati makanan tersebut sambil sesekali berbincang dan menyapa mereka.
Menemui dan melayani tamu sebanyak itu dan dengan kondisi Rasulullah yang baru menikah. Sungguh sangat lelah. Mungkin kalau orang lain akan izin untuk tidak menemui para tetamunya. Tapi hal ini tidak berlaku pada Rasulullah.
Begitulah Rasulullah. Walau lelah, tiada satupun kata keluh yang terucap dari lisannya. Setelah 300 orang sahabat itu selesai memakan satu talam makanan dari Ummu Sulaim. Rasulullah merebahkan tubuhnya, pada saat yang bersamaan ayat 53-54 dari surat Al Ahzab turun. Sebagaimana pada salah satu sabda Rasulullah, kondisi paling berat yang dirasakan tubuh Rasulullah Saw. adalah pada saat wahyu turun. Disebutkan walau pada malam hari di musim dingin, keringat membasahi sebagian tubuh Rasulullah. Sebuah kondisi yang cukup memeras kerja tubuh beliau.
Begitulah Rasulullah. Walau belum sempurna istirahat dari lelah menemui dan melayani 300 tamunya, ditambah lelah tubuhnya tidak lama setelah menerima wahyu dari Jibril As. Rasulullah bangkit dan menuntun Anas Ra untuk membaca, menghafal dan mengamalkan ayat tersebut. Seberapapun besar lelah yang dirasakan Rasulullah tidak menghalanginya untuk terus menjadikan setiap jenaknya adalah pengabdian yang terus menerus.
~Sebagaimana diceritakan DR. Nur Qarut dalam Halaqah Pagi di hari Rabu~