
Kembali menjelajahi negeri penuh cinta. Setelah waktu meliuk merambati sebagian ranting jenak. Madinah oh Madinah, sebuah tempat peradaban gemilang bermula.
Jam 10 kamis malam menyusuri 400 km dari Makkah menuju Madinah. Jalanan masih sama, walau didapati beberapa peristirahatan yang baru dibangun. Sepanjang perjalanan saya tidak banyak menikmati warna yang ditawarkan malam. Karena itu memejamkan mata menjadi satu-satunya pilihan yang cukup sebagai alasan untuk menghimpun energi yang akan saya gunakan keesokan harinya, insha Allah…
Subuh pun bernafas menyertai tarikan nafas penghuni Madina memulai harinya dengan berbondong-bondong memenuhi masjid untuk menunaikan shalat subuh.
Masjid Quba' merupakan Masjid pertama yang dibangun dalam peradaban Islam. Di Masjid inilah kami menginjakkan kaki kami membuka hari di Madinah (walau nyaris telat shalat subuh). Memasuki Masjid Quba' membuat saya berandai-andai memutar kembali waktu untuk melihat dari dekat masa-masa para pecinta membangun peradaban gemilangnya di negeri penuh cinta ini. Sebuah peradaban yang dibangun di atas pondasi cinta dan pengorbanan.
Pahala dua rakaat shalat di Masjid Quba' sama dengan pahala umrah, merupakan energi cinta yang terus mengaliri orang-orang setelah para pecinta itu berlalu menutup perannya, juga sebagai denyut cinta yang terasa hidup menyertai kehidupan para pecinta yang datang setelahnya.
Shalawat dan salam Allah bagimu ya Rasulullah, keluarganya, Sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat nanti….
Setalah merespon sapaan perut dengan to'miyah – sebuah makanan khas Saudi, murah meriah- kemudian detik selanjutnya dilalui di Masjid al Haram Madinah. Keinginan untuk menikmati pembukaan atap Masjid pun terlewati, karena detik dihabiskan bersama kebingungan saya mencari pintu masuk khusus wanita.
Tidak apalah yang terpenting saya dapat langsung masuk Raudhah dengan mudah dan lancar tanpa ada insiden penyerobotan sadis seperti ziarah-ziarah saya sebelumnya.
Shalat Jumat selesai ditunaikan kami pun kembali melanjutkan detik menuju Makkah, sebuah negeri dimana denyut cinta itu mulai berdetak. Pada setiap debu jalanan, batu dan rumput bergoyang yang saya temukan dalam perjalanan, saya menitipkan harap, mereka bersama saya menyulam doa kepada Allah, semoga semua yang saya cinta selalu dalam kebaikan yang diridoiNya… Ameen….